Selasa, 26 Maret 2019

Laporan Pembuatan Briket Arang UNMUL 2019

LAPORAN PRAKTIKUM
HASIL HUTAN NON KAYU
“PEMBUATAN BRIKET ARANG ”
Disusun Oleh : Kelompok 5 - A1
                                 1)         Bahrudin Hafiz                                     (1704015147)
                                 2)         Nur Bayiti Larasati                                 (1704015155)
                                 3)         Odolfus Alberto Florensyano Watu               (1704015165)
                                 4)         Miranda Anastasya                                 (1704015167)
                                 5)         Dicky Wilyam Sari                                  (1704015171)
                                 6)         Nuril Mubin                               (1704015185)
                                 7)         Yusril Ihzamahendra                               (1704015197)
                                 8)         Rizky Wahyu Nugroho                             (1704015199)
                                 9)         Heri                                                  (1704015223)
LABORATORIUM INDUSTRI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2019


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa. Karena atas berkat rahmat Nya kami  dapat menyelesaikan praktikum laporan Hasil Hutan Non-Kayu. Adapun isi dari laporan ini adalah kumpulan dari setiap acara selama praktikum berlangsung.
Kami  juga tidak lupa untuk mngucapkan banyak terima kasih kepada Dosen serta Asisten Dosen  Mata Kuliah Hasil Hutan Non-Kayu yang selalu membimbing dan mengajari kami dalam melaksanankan praktikum dan dalam menyusun laporan ini. Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena itu kami mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini. Atas perhatiannya dari semua pihak yang membantu penulisan ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi pihak yang membutuhkan.

Samarinda, 25 Maret 2019
                                                                                                  
                                      Kelompok 5-A1



DAFTAR ISI




DAFTAR GAMBAR




LAMPIRAN

 


BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Energi merupakan suatu komponen kebutuhan hidup yang sangat penting. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya pemanfaatan minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi. Terutama negara-negara yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar perindustriannya.
Hal tersebut merupakan masalah besar yang dihadapi oleh manusia dewasa ini Karena benda tersebut tidak dapat diperbaharui lagi  penggunaanya ,dan persediannya makin menipis. Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus, tanpa memperhitungkan sumber cadangan minyak bumi yang tersisa, maka manusia akan kekurangan sumber energi tersebut. Akibatnya manusia akan kesulitan mendapatkan barang tambang minyak bumi.
Dengan semakin menipisnya bahan bakar fosil yang selama ini digunakan sebagai penghasil energi. Selain itu, dampak pemakaian energi fosil menghasilkan gas monoksida  yang kurang baik untuk kehidupan dan lingkungan alam sekitar, maka dicarilah alternatif peralatan lain yang menghasilkan energi tanpa memakai bahan bakar fosil.
Di Indonesia banyak terdapat lahan  subur yang potensial untuk lahan pertanian bahan organik tersebut. Kebanyakan lahan pertanian di Indonesia di tanami dengan tanaman pangan dan didominasi oleh padi karena makanan pokok Indonesia adalah beras. Makanan pokok tersebut di peroleh dari padi yang di peroleh dari pabrik.
Dan hasil buangan dari proses tersebut adalah sekam padi yang melimpah. Apabila limbah pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil kalor, maka kalangan masyarakat luas dapat lebih menghemat penggunaan minyak bumi dan gas alam sebagai bahan bakar .  
Briket kayu adalah bahan bakar alternatif untuk industri dan umum yang terbuat dari beberapa bahan yang diaduk menjadi satu kesatuan dan dicetak sesuai kebutuhan dan keinginan. Briket merupakan hal cukup penting dalam hal industri dan umum. Bahan yang sering digunakan adalah serbuk kayu, blotong, arang, tempurung kelapa, sekam padi yang kualitasnya terjaga dan sesuai standar pembuatan briket.
Dibandingkan jenis bahan bakar lain, briket dari serbuk kayu lebih ramah lingkungan dan terjangkau. Briket merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang berasal dari: batu bara, serbuk kayu gergaji, tempurung kelapa, dan blotong yang bisa dijadikan bahan bakar padat. Penggunaan briket untuk keperluan rumah tangga, peternakan, rumah makan, industri makanan dan kebutuhan lain masih terbatas    
 
1.2 Tujuan Prktikum
  • Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan arang  
  • Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan dan penimbangan bahan-bahan dalam pembuatan briket arang
  • Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan briket arang
  • Mahasiswa dapat mengetahui standar dan kualitas arang dari bahan yang digunakan




BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Briket
Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan langsung berpikir kepada batu bara. Sebenarnya briket tidaklah identik dengan batu bara karena definisi briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset energi Institut Pertanian Bogor. Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. (Definisi briket,) Briket merupakan salah satu solusi altenatif yang cukup efektif dan efisien dalam menghadapi krisis sumber energi atas energi fosil untuk bahan bakar seperti yang telah diperkirakan oleh para ahli dan ilmuan.
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, 6 minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya, Beberapa sifat fisis dan kimia briket arang dari limbah arang aktif). Sedangkan menurut Silalahi (2000) tentang pembuatan briket kayu dari serbuk gergajian kayu, biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering ± 75%), lignin (± 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995, Membuat bioarang dari kotoran lembu).
2.3 Bioarang                           
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat dikarbonisasi. Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah menjadi briket bioarang (Brades dan Tobing, 2008, Pembuatan briket arang dari enceng gondok dengan sagu sebagai pengikat). Sedangkan menurut Johannes (1991) dalam penelitiannya menghemat kayu bakar dan arang kayu untuk 7 memasak di pedesaan dengan briket bioarang menyatakan bioarang adalah arang yang diproses dengan membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisis). Energi biomassa yang diubah menjadi energi kimia inilah yang disebut dengan bioarang.
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bahan tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya (Residu briquetting in developing countries, Joseph dan Hislop, 1981). Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat (Teknologi bioenergi, Hambali, dkk., 2007). Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian. Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar kita. (Aneka tungku sederhana, Andry, 2000). Sedangkan kerugian dari briket bioarang adalah tidak efisien waktu karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama, pada awal dinyalakan daya panas api sedikit lambat dibandingkan bahan bakar lain, pemakaiannya hanya 8 sekali saja sampai habis karena panas api dalam briket belum akan hilang sampai briket menjadi bara. (Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai briket bioarang, Puji Hartono, 2012) Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan manual dan selanjutnya dikeringkan.
Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009, Karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan penambahan arang cangkang kelapa sawit). Perekat pati dalam bentuk cair sebagai bahan perekat menghasilkan briket arang bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu dan zat mudah menguap, tetapi akan lebih tinggi dalam hal kadar air, karbon terikat dan 10 nilai kalornya apabila dibandingkan dengan briket arang yang menggunakan perekat molase atau tetes tebu, Karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan penambahan arang cangkang kelapa sawit). Menurut Triono (2006) dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009 mengenai karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan penambahan arang cangkang kelapa sawit) kadar perekat dalam briket arang tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari 5 %. Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat organik diantaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan parafin. (Pembuatan briket arang dari enceng gondok, Tobing F.S, 2007). Adapun bahan perekat organik yang umumnya digunakan dalam pembuatan briket adalah tepung tapioca dan sagu aren.
Lama pembakaran Dalam penelitian Cut Dewi Afriani (2016) mengenai pengaruh variasi tekanan pengepresan dan ukuran butir terhadap kualitas briket bioarang tempurung kemiri dan kulit asam jawa menyatakan durasi pembakaran briket atau laju pembakaran dilakukan dengan membakar briket dari masing masing bentuk sampai berhenti menyala. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lamanya briket tersebut terbakar, sehingga dapat diproyeksikan lama pembakaran briket untuk massa briket tertentu. Pengujian lama pembakaran ini dapat dihitung dengan 11 menggunakan stopwatch dari awal briket menyala sampai briket tersebut habis terbakar.
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada suatu material dapat dinyatakan dalam persen (%) rongga atau fraksi volume dari suatu rongga yang ada didalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material dapat bervariasi dari 0 sampai dengan 90% tergantung dari jenis atau aplikasinya. Ada 2 macam porositas yaitu : porositas terbuka dan porositas tertutup. Pori yang tertutup umumnya sulit untuk ditentukan dan pori tersebut merupakan suatu rongga yang terjebak dalam padatan dan tidak ada akses ke permukaan luar. Sedangkan pori terbuka masih ada akses kepermukaan luar walaupun rongga tersebut berada ditengah-tengah padatan (Chester, 1990 dalam Cut Dewi Afriani (2016) mengenai pengaruh variasi tekanan pengepresan dan ukuran butir terhadap kualitas briket bioarang tempurung kemiri dan kulit asam jawa). Porositas dari suatu benda dapat dihitung menggunakan persamaan : Porositas = Mb− Mk Vb x 1 ρ air x 100% Dimana, Mb : massa sampel dalam kedaan basah (g) Mk : massa sampel dalam keadaan kering

Faktor-faktor yang mempegaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi dan tekanan pengempaan. Selain itu, pencampuran formula dengan briket juga mempengaruhi sifat briket. Syarat briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut, mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racu, kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama dan menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran dan suhu pembakaran) yang baik
Gambar 1. Tungku Pembakaran Arang



2.10  Skema Proses Pembuatan Arang



1.       Kerapatan
Perbandingan antara nilai berat dan volume dinyatakan dalam gr/cm3.
2.  Kadar Air (Mousture)
Contoh uji briket arang ditimbang (berat awal, A), lalu dioven dengan suhu 105 oC selama 4-8 jam, lalu didinginkan dalam desikator, diukur kembali (berat akhir, B). Dihitung dengan rumus :
A-B
3.  Keteguhan Tekan (Pressing Pressure)
            Menggunakan alat uji Universal Testing Machine, dinyatakan dalam kg/cm2.
Keteguhan Tekan =  (kg/cm2)
P = Beban penekan (kg)
A = Luas bidang dasar = ¼ x π x D2 (cm2)
4. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
                   Contoh uji briket arang bekas uji kadar air dipanaskan dalam Thermolyne Furnace dengan suhu 950 oC selama 6 menit lalu didinginkan dalam desikator. Dihitung dengan rumus :
VM =  x 100%
VM = Volatile Matter / zat terbang
L = Kehilangan berat contoh uji (gr)
W = Berat contoh uji kering tanur (gr)
5. Kadar Abu
       Contoh uji briket arang bekas uji kadar zat terbang diletakkan dalam cawan porselen dipanaskan dalam Thermolyne Furnace dengan suhu 750 oC selama 6 menit lalu didinginkan dalam desikator. Dihitung dengan rumus :
Kadar Abu =  x 100%
S = Berat sisa contoh uji (gr)
W = Berat contoh uji kering tanur (gr)
6. Kadar Karbon Terikat
Adalah karbon yang terdapat dalam arang selain air, zat terbang dan kadar abu. Dihitung dengan rumus :
Kadar Karbon Terikat = (100 – VM – kadar abu) %
VM = Volatile Matter / zat terbang
7. Nilai Kalor
       Nilai kalor dipengaruhi oleh jenis dan kadar air kayu, diukur berdasarkan kalor reaksi pada volume tetap. Contoh uji briket arang seberat 1 gr dimasukkan ke dalam alat pengukur nilai kalor (Peroxide Bom Calorimeter) bersama dengan kawat (fuse) kemudian diukur panas yang ditimbulkan dengan termometer. Panjang kawat (fuse) yang terbakar akibat panas diukur, selanjutnya dilakukan titrasi terhadap contoh uji. Contoh uji Dihitung dengan rumus :
Nilai Kalor =
t    = selisih temperatur
w = 2.417 kalori/oC (sesuai sertifikat alat yang digunakan)
e1 = Tirtan yang dipakai dalam ml
e2 = 13,7 x 1,02 x berat contoh uji
e3 = 2,38 panjang fuse yang terbakar
m = Berat contoh uji
1)       Kerapatan dapat ditingkatkan.
2)       Nilai kalor tinggi.
3)       Bentuk dan ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
4)       Praktis dan efesien terkait penyimpanan dan pengangkutan.
5)       Ketahanan tekanan dapat ditingkatkan.
                                               1)         Kadar Air 6-8%
                                               2)         Zat Terbang ≤ 30%
                                               3)         Kadar Abu ≤ 8%
                                               4)         Karbon Terikat ≥ 60%
                                               5)         Nilai Kalor ≥ 6.000 kal/gr
                                               6)         Kerapatan ≥ 0,7 gr/cm3
                                               7)         Keteguhan Tekan ≥ 12 kg/cm3





Hari/Tanggal   :    Rabu, 20 Maret 2019
Pukul             :    13.30-15.10 WITA
Tempat          :    Laboratorium Industri Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Samarinda
3.2.1 Alat   :
1)       Ayakan
2)       Cetakan Briket Arang
3)       Gelas Piala / Beaker
4)       Kompor Elektrik
5)       Mangkok
6)       Mesin Press
7)       Piston
8)       Sendok
9)       Timbangan Digital
3.2.2     Bahan   :
1)       Air
2)       Serbuk Arang Kayu Mahang (Macaranga gigantea)
3)       Tepung Tapioka
1)       Disiapkan alat dan bahan baku untuk pembuatan arang
2)       Disiapkan arang dari bahan baku yang telah disiapkan sebelumnya menggunakan tungku pengarangan. Bahan baku arang yang digunakan adalah berasal dari kayu mahang (Macaranga gigantea)
3)       Kemudian dihancurkan arang dan diayak supaya ukuran dari briket arang seragam yaitu 40-60 mesh
4)       Disiapkan bahan berupa tepung tapioka dan air
5)       Dilakukan perhitungan dan penimbangan bahan tepung tapioka sebanyak 1,73 gram dan air sebanyak 17,3 ml
6)       Dicampurkan serbuk arang kayu mahang, dengan adonan tepung tapioka dan air yang telah dimasak di atas kompor selama ±5 menit sampai air dan tepung tercampur merata
7)       Dimasukkan adonan serbuk arang kayu mahang dengan adonan tepung tapioka yang sudah bercampur dengan air ke dalam cetakan briket arang, lalu di masukakan kedalam mesin press dengan tekanan 30 Bar selama 20 menit
8)       Dikeringkan briket arang yang telah di press kedalam oven yang bersuhu 60oC selama 24 jam
9)       Dilakukan pengkondisian briket arang diruang konstan dengan suhu 25oC selama 10-14 hari
10)   Kemudian dilakukan penyimpanan beriket arang pada suhu ruangan 25oC selama 10-14 hari
11)   Dilakukan pengujian terhadap briket arang yaitu:
1.       Pengujian Kerapatan
2.       Pengujian Kadar Air
3.       Pengujian Keteguhan Tekan
4.       Pengujian Volatile Matter (Zat Terbang)
5.       Pengujian Kadar Abu
6.       Pengujian Kadar Karbon Terikat
7.       Pengujian Nilai Kalor






       Didapatkan hasil dari kegiatan pembuatan briket arang memiliki berat 36,27 gr dengan volume 45,34 cm3 dan kerapatan 0,8 gr/cm3 dari perbandingan antara bahan perekat dan air 10:1 dengan tekanan 30 Bar diketahui diameter dan tinggi beriket arang 3,8 cm dan 4 cm.
       Adapun perhitungan dan penimbangan bahan baku adalah sebagai berikut:
Diketahui :
Diameter briket arang = 3,8 cm
Tinggi briket arang = 4 cm
Kerapatan briket arang yang diharapkan = 0,8 gr/cm3
Perhitungan :
Volume briket arang =   ¼  x Л x d2 x t
                                           =   ¼  x 3,14 x (3,8 cm)2 x 4 cm
                                           =   45,34 cm3
Berat briket arang     =   Volume x Kerapatan
  =   45,34 cm3 x 0,8 gr/cm3
  =   36,27 gr
Berat briket arang     =   Berat serbuk + berat perekat
36,27 gr            =   Berat serbuk + (Berat serbuk arang x 5%)
36,27 gr            =   (1 + 5%) x Berat serbuk arang
36,27 gr            =   (1 + 0,05) x Berat serbuk arang
36,27 gr            =   (1,05) x Berat serbuk arang
Berat serbuk arang   =   Berat briket : 1,05          
                               =   36,27 gr : 1,05   
                               =   34,54 gr
Berat perekat           =   5% x Berat serbuk arang
                               =   5% x 34,54 gr
                               =   1,727 gr
                               =   1,73
Perbandingan air dan bahan perekat adalah 10:1
Air yang digunakan   =   10 x 1,73 gr
                               =   17,3 gr
                                           =   17,3 ml
       Sebelum dibentuknya briket arang bahan harus dihitung dan ditimbang untuk mendapatkan komposisi yang tepat berdasarkan prosedur lembar kerja. Setelah didapatkan komposisi bahan yang tepat maka dilakukan perlakuan pada masing-masing bahan berdasarkan urutan prosedur lembar kerja.
Langkah pertama mencari berat briket arang dengan menggunakan rumus (Berat briket arang = Volume x Kerapatan) dengan mencari volume dan kerapatan terlebih dahulu. Dengan diketahui berat briket arang maka bisa mendapatkan komposisi berat serbuk arang dan berat perekat yang tepat dengan menurunkan rumus berat briket arang yaitu (Berat briket arang = Berat serbuk + berat perekat). Kemudian mencari jumlah air yang dibutuhkan untuk bahan perekat dengan menurunkan rumus perbandingan antara air berbanding bahan perekat.
Setelah dilakukan perhitungan komposisi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat briket arang maka, bahan siap untuk diproses lebih lanjut. Hingga mendapatkan briket arang yang sesuai dengan prosedur lembar kerja.



PENUTUP

5.1 Kesimpulan           
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)       Dalam menghitung volume briket arang menggunakan rumus dari volume tabung, hal ini sesuai dengan bentuk cetakan yang digunakan dalam menghasilkan produk briket arang
2)       Dalam melakukan praktikum ditentukan dulu target kerapatan yang diinginkan, dalam praktikum ini target kerapatan yang diinginkan adalah 0,8 gram/cm3
3)       Sebelum melakukan proses penimbangan, dilakukan terlebih dahulu proses perhitungan dari masing-masing bahan (serbuk arang kayu Mahang dengan massa 34,54 gram, tepung tapioka dengan massa 1,73 gram, dan air sebanyak 17,3 ml) yang akan digunakan dalam pembuatan briket arang
       Sebaiknya dalam pembuatan briket arang, praktikan harus memperhatikan dengan teliti tahapan-tahapan yang digunakan pada saat praktikum berlangsung dan sebaiknya dalam pembuatan briket arang harus menggunakan peralatan yang sesuai standar agar hasil briket arang yang didapatkan lebih akurat sesuai dengan yang diinginkan.




Anonim. 2018. Briket Arang http://epirints.umm.ac.id/40550/3/jiptummpp-gdl-mdendysatr-47885-3babii.pdf. (PADA TANGGAL 26 MARET 2019)
Rindayatno. 2018. Arang, Briket Arang, Arang Aktif Asap Cair Diakses
(Pada Tanggal 26 Maret 2019)



LAMPIRAN
            Berikut beberapa dokumentasi seluruh kegiatan praktikum dilengkapi foto-foto kegiatan dan hasil briket arang yang telah dibuat kelompok 5 hasil hutan non kayu pada hari/tanggal rabu, 20 Maret 2019, pukul 13.30-15.10 WITA di Laboratorium Industri Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Samarinda
Description: D:\fotowa\IMG-20190326-WA0158.jpgDescription: D:\fotowa\IMG-20190326-WA0159.jpgDescription: D:\fotowa\IMG-20190326-WA0157.jpgDescription: D:\fotowa\IMG-20190326-WA0156.jpg
Lampiran 1. Penimbangan bahan baku (1) bahan perekat, (2) air, (3) serbuk arang, dan pencampuran semua bahan briket arang



Description: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0040.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0035.jpg
Lampiran 2. Mencampurkan  air dan tepung tapioka yang dipanaskan dikompor
Description: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0031.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0030.jpg
Lampiran 3. Pencampuran serbuk arang dengan adonan perekat sampai merata
Description: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0050.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0048.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0039.jpg
Lampiran 4. Proses pencetakan (pembentukan briket arang)

Description: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0062.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0046.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0044.jpg
Lampiran 5. Pengepresan briket arang
Description: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0028.jpgDescription: C:\Users\User\Documents\New folder\IMG-20190327-WA0022.jpg
Lampiran 6. Hasil pembuatan briket arang