LAPORAN PRAKTIKUM
HASIL HUTAN NON KAYU
“PEMBUATAN BRIKET ARANG ”

Disusun Oleh : Kelompok 5 - A1
1)
Bahrudin Hafiz (1704015147)
2)
Nur Bayiti Larasati (1704015155)
3)
Odolfus Alberto Florensyano Watu (1704015165)
4)
Miranda Anastasya (1704015167)
5)
Dicky Wilyam Sari (1704015171)
6)
Nuril Mubin (1704015185)
7)
Yusril Ihzamahendra (1704015197)
8)
Rizky Wahyu Nugroho (1704015199)
9)
Heri (1704015223)
LABORATORIUM INDUSTRI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa. Karena atas
berkat rahmat Nya kami dapat
menyelesaikan praktikum laporan Hasil Hutan Non-Kayu. Adapun isi dari laporan
ini adalah kumpulan dari setiap acara selama praktikum berlangsung.
Kami juga tidak lupa untuk
mngucapkan banyak terima kasih kepada Dosen serta Asisten Dosen Mata Kuliah Hasil Hutan Non-Kayu yang selalu
membimbing dan mengajari kami dalam melaksanankan praktikum dan dalam menyusun
laporan ini. Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karena
itu kami mohon maaf sebesar besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini.
Atas perhatiannya dari semua pihak yang membantu penulisan ini, kami ucapkan
terima kasih. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi
pihak yang membutuhkan.
Samarinda,
25 Maret 2019
Kelompok 5-A1
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi
merupakan suatu komponen kebutuhan hidup yang sangat penting. Energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah
kebentuk lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti
halnya pemanfaatan minyak bumi dan gas alam sebagai penghasil energi. Terutama
negara-negara yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar
perindustriannya.
Hal
tersebut merupakan masalah besar yang dihadapi oleh manusia dewasa ini Karena
benda tersebut tidak dapat diperbaharui lagi
penggunaanya ,dan persediannya makin menipis. Apabila hal tersebut
dibiarkan secara terus-menerus, tanpa memperhitungkan sumber cadangan minyak
bumi yang tersisa, maka manusia akan kekurangan sumber energi tersebut. Akibatnya
manusia akan kesulitan mendapatkan barang tambang minyak bumi.
Dengan
semakin menipisnya bahan bakar fosil yang selama ini digunakan sebagai
penghasil energi. Selain itu, dampak pemakaian energi fosil menghasilkan gas
monoksida yang kurang baik untuk
kehidupan dan lingkungan alam sekitar, maka dicarilah alternatif peralatan lain
yang menghasilkan energi tanpa memakai bahan bakar fosil.
Di
Indonesia banyak terdapat lahan subur
yang potensial untuk lahan pertanian bahan organik tersebut. Kebanyakan lahan
pertanian di Indonesia di tanami dengan tanaman pangan dan didominasi oleh padi
karena makanan pokok Indonesia adalah beras. Makanan pokok tersebut di peroleh dari
padi yang di peroleh dari pabrik.
Dan
hasil buangan dari proses tersebut adalah sekam padi yang melimpah. Apabila limbah
pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil kalor, maka kalangan
masyarakat luas dapat lebih menghemat penggunaan minyak bumi dan gas alam
sebagai bahan bakar .
Briket
kayu adalah bahan bakar alternatif untuk industri dan umum yang terbuat dari
beberapa bahan yang diaduk menjadi satu kesatuan dan dicetak sesuai kebutuhan
dan keinginan. Briket merupakan hal cukup penting dalam hal industri dan umum.
Bahan yang sering digunakan adalah serbuk kayu, blotong, arang, tempurung
kelapa, sekam padi yang kualitasnya terjaga dan sesuai standar pembuatan
briket.
Dibandingkan
jenis bahan bakar lain, briket dari serbuk kayu lebih ramah lingkungan dan
terjangkau. Briket merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang berasal
dari: batu bara, serbuk kayu gergaji, tempurung kelapa, dan blotong yang bisa
dijadikan bahan bakar padat. Penggunaan briket untuk keperluan rumah tangga,
peternakan, rumah makan, industri makanan dan kebutuhan lain masih terbatas
1.2 Tujuan Prktikum
- Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan arang
- Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan dan penimbangan bahan-bahan dalam pembuatan briket arang
- Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan briket arang
- Mahasiswa dapat mengetahui standar dan kualitas arang dari bahan yang digunakan
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Briket
Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan
langsung berpikir kepada batu bara. Sebenarnya briket tidaklah identik dengan
batu bara karena definisi briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar
yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api.
Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket
gambut, dan briket biomassa. Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu
agenda riset energi Institut Pertanian Bogor. Bahan baku briket diketahui dekat
dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan
briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat
menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. (Definisi briket,) Briket merupakan
salah satu solusi altenatif yang cukup efektif dan efisien dalam menghadapi
krisis sumber energi atas energi fosil untuk bahan bakar seperti yang telah
diperkirakan oleh para ahli dan ilmuan.
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan
melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa
antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput, limbah pertanian, limbah hutan,
tinja, dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan
pangan, pakan ternak, 6 minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa
juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan
bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah
diambil produk primernya, Beberapa sifat fisis dan kimia briket arang dari
limbah arang aktif). Sedangkan menurut Silalahi (2000) tentang pembuatan briket
kayu dari serbuk gergajian kayu, biomassa adalah campuran material organik yang
kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain
yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama
tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering ± 75%), lignin (± 25%) dimana
dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda. Energi biomassa dapat
menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi)
karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara
lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta,
1995, Membuat bioarang dari kotoran lembu).
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis
bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya
kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian
lainnya yang dapat dikarbonisasi. Bioarang ini dapat digunakan melalui proses
pengolahan salah satunya adalah menjadi briket bioarang (Brades dan Tobing,
2008, Pembuatan briket arang dari enceng gondok dengan sagu sebagai pengikat).
Sedangkan menurut Johannes (1991) dalam penelitiannya menghemat kayu bakar dan
arang kayu untuk 7 memasak di pedesaan dengan briket bioarang menyatakan
bioarang adalah arang yang diproses dengan membakar biomassa kering tanpa udara
(pirolisis). Energi biomassa yang diubah menjadi energi kimia inilah yang
disebut dengan bioarang.
Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau
batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang
sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi
bahan arang keras dengan bahan tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah
dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya (Residu briquetting in
developing countries, Joseph dan Hislop, 1981). Briket bioarang yang
didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari
sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya
tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang
mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga briket bioarang relatif murah dan
terjangkau oleh masyarakat (Teknologi bioenergi, Hambali, dkk., 2007).
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah
biayanya amat murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup
sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena
berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian. Bahan baku untuk
pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar kita. (Aneka tungku
sederhana, Andry, 2000). Sedangkan kerugian dari briket bioarang adalah tidak
efisien waktu karena proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama,
pada awal dinyalakan daya panas api sedikit lambat dibandingkan bahan bakar
lain, pemakaiannya hanya 8 sekali saja sampai habis karena panas api dalam
briket belum akan hilang sampai briket menjadi bara. (Pemanfaatan tempurung
kelapa sebagai briket bioarang, Puji Hartono, 2012) Pembuatan briket arang dari
limbah dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku
diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan
sistem hidrolik maupun dengan manual dan selanjutnya dikeringkan.
Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan
perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai
kalor kayu dalam bentuk aslinya (Sudrajat dan Soleh, 1994 dalam Diah Sundari
Wijayanti, 2009, Karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan
penambahan arang cangkang kelapa sawit). Perekat pati dalam bentuk cair sebagai
bahan perekat menghasilkan briket arang bernilai rendah dalam hal kerapatan,
keteguhan tekan, kadar abu dan zat mudah menguap, tetapi akan lebih tinggi
dalam hal kadar air, karbon terikat dan 10 nilai kalornya apabila dibandingkan
dengan briket arang yang menggunakan perekat molase atau tetes tebu,
Karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan penambahan arang cangkang
kelapa sawit). Menurut Triono (2006) dalam Diah Sundari Wijayanti, 2009
mengenai karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan penambahan arang
cangkang kelapa sawit) kadar perekat dalam briket arang tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering
menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari
5 %. Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran
briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat
organik diantaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan parafin. (Pembuatan
briket arang dari enceng gondok, Tobing F.S, 2007). Adapun bahan perekat
organik yang umumnya digunakan dalam pembuatan briket adalah tepung tapioca dan
sagu aren.
Lama pembakaran Dalam penelitian Cut Dewi
Afriani (2016) mengenai pengaruh variasi tekanan pengepresan dan ukuran butir
terhadap kualitas briket bioarang tempurung kemiri dan kulit asam jawa
menyatakan durasi pembakaran briket atau laju pembakaran dilakukan dengan
membakar briket dari masing masing bentuk sampai berhenti menyala. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui lamanya briket tersebut terbakar, sehingga dapat
diproyeksikan lama pembakaran briket untuk massa briket tertentu. Pengujian
lama pembakaran ini dapat dihitung dengan 11 menggunakan stopwatch dari awal
briket menyala sampai briket tersebut habis terbakar.
Porositas dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat
padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh
zat padat. Porositas pada suatu material dapat dinyatakan dalam persen (%)
rongga atau fraksi volume dari suatu rongga yang ada didalam material tersebut.
Besarnya porositas pada suatu material dapat bervariasi dari 0 sampai dengan
90% tergantung dari jenis atau aplikasinya. Ada 2 macam porositas yaitu :
porositas terbuka dan porositas tertutup. Pori yang tertutup umumnya sulit
untuk ditentukan dan pori tersebut merupakan suatu rongga yang terjebak dalam
padatan dan tidak ada akses ke permukaan luar. Sedangkan pori terbuka masih ada
akses kepermukaan luar walaupun rongga tersebut berada ditengah-tengah padatan
(Chester, 1990 dalam Cut Dewi Afriani (2016) mengenai pengaruh variasi tekanan
pengepresan dan ukuran butir terhadap kualitas briket bioarang tempurung kemiri
dan kulit asam jawa). Porositas dari suatu benda dapat dihitung menggunakan
persamaan : Porositas = Mb− Mk Vb x 1 ρ air x 100% Dimana, Mb : massa sampel
dalam kedaan basah (g) Mk : massa sampel dalam keadaan kering
Faktor-faktor yang mempegaruhi sifat briket arang
adalah berat jenis bahan bakar atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk,
suhu karbonisasi dan tekanan pengempaan. Selain itu, pencampuran formula dengan
briket juga mempengaruhi sifat briket. Syarat briket yang baik adalah briket
yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain
itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut,
mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil pembakaran tidak
mengandung racu, kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan
pada waktu lama dan menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran
dan suhu pembakaran) yang baik


2.10
Skema Proses Pembuatan Arang

1.
Kerapatan
Perbandingan antara
nilai berat dan volume dinyatakan dalam gr/cm3.

2. Kadar
Air (Mousture)
Contoh uji briket
arang ditimbang (berat awal, A), lalu dioven dengan suhu 105 oC
selama 4-8 jam, lalu didinginkan dalam desikator, diukur kembali (berat akhir,
B). Dihitung dengan rumus :

3.
Keteguhan Tekan (Pressing Pressure)
Menggunakan alat uji Universal
Testing Machine, dinyatakan dalam kg/cm2.
Keteguhan
Tekan =
(kg/cm2)

P = Beban penekan (kg)
A = Luas bidang dasar = ¼ x π x D2 (cm2)
4. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
Contoh uji briket arang bekas
uji kadar air dipanaskan dalam Thermolyne Furnace dengan suhu 950 oC selama 6
menit lalu didinginkan dalam desikator. Dihitung dengan rumus :
VM
=
x 100%

VM = Volatile Matter / zat terbang
L = Kehilangan berat contoh uji (gr)
W = Berat contoh uji kering tanur (gr)
5. Kadar Abu
Contoh uji briket arang bekas uji kadar
zat terbang diletakkan dalam cawan porselen dipanaskan dalam Thermolyne Furnace
dengan suhu 750 oC selama 6 menit lalu didinginkan dalam desikator. Dihitung
dengan rumus :
Kadar
Abu =
x 100%

S = Berat sisa contoh uji (gr)
W = Berat contoh uji kering tanur (gr)
6. Kadar Karbon Terikat
Adalah karbon yang
terdapat dalam arang selain air, zat terbang dan kadar abu. Dihitung dengan
rumus :
Kadar Karbon
Terikat = (100 – VM – kadar abu) %
VM = Volatile Matter / zat terbang
7. Nilai Kalor
Nilai kalor dipengaruhi oleh jenis dan
kadar air kayu, diukur berdasarkan kalor reaksi pada volume tetap. Contoh uji
briket arang seberat 1 gr dimasukkan ke dalam alat pengukur nilai kalor (Peroxide
Bom Calorimeter) bersama dengan kawat (fuse) kemudian diukur panas yang
ditimbulkan dengan termometer. Panjang kawat (fuse) yang terbakar akibat panas
diukur, selanjutnya dilakukan titrasi terhadap contoh uji. Contoh uji Dihitung
dengan rumus :
Nilai
Kalor = 

t =
selisih temperatur
w = 2.417
kalori/oC (sesuai sertifikat alat yang digunakan)
e1 = Tirtan yang dipakai dalam ml
e2 = 13,7 x 1,02 x berat contoh uji
e3
= 2,38 panjang fuse yang terbakar
m
= Berat contoh uji
1) Kerapatan
dapat ditingkatkan.
2) Nilai
kalor tinggi.
3) Bentuk
dan ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
4) Praktis
dan efesien terkait penyimpanan dan pengangkutan.
5) Ketahanan
tekanan dapat ditingkatkan.
1)
Kadar Air 6-8%
2)
Zat Terbang ≤ 30%
3)
Kadar Abu ≤ 8%
4)
Karbon Terikat ≥ 60%
5)
Nilai Kalor ≥ 6.000 kal/gr
6)
Kerapatan ≥ 0,7 gr/cm3
7)
Keteguhan Tekan ≥ 12 kg/cm3
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Maret 2019
Pukul : 13.30-15.10 WITA
Tempat : Laboratorium
Industri Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Samarinda
3.2.1 Alat :
1)
Ayakan
2)
Cetakan Briket Arang
3)
Gelas Piala / Beaker
4)
Kompor Elektrik
5)
Mangkok
6)
Mesin Press
7)
Piston
8)
Sendok
9)
Timbangan Digital
3.2.2 Bahan
:
1)
Air
2)
Serbuk Arang Kayu Mahang (Macaranga gigantea)
3)
Tepung Tapioka
1)
Disiapkan alat dan bahan baku untuk
pembuatan arang
2)
Disiapkan arang dari bahan baku yang
telah disiapkan sebelumnya menggunakan tungku pengarangan. Bahan baku arang
yang digunakan adalah berasal dari kayu mahang (Macaranga gigantea)
3)
Kemudian dihancurkan arang dan diayak
supaya ukuran dari briket arang seragam yaitu 40-60 mesh
4)
Disiapkan bahan berupa tepung tapioka
dan air
5)
Dilakukan perhitungan dan penimbangan bahan
tepung tapioka sebanyak 1,73 gram dan air sebanyak 17,3 ml
6)
Dicampurkan serbuk arang kayu mahang,
dengan adonan tepung tapioka dan air yang telah dimasak di atas kompor selama ±5
menit sampai air dan tepung tercampur merata
7)
Dimasukkan adonan serbuk arang kayu
mahang dengan adonan tepung tapioka yang sudah bercampur dengan air ke dalam
cetakan briket arang, lalu di masukakan kedalam mesin press dengan tekanan 30 Bar selama 20 menit
8)
Dikeringkan briket arang yang telah di
press kedalam oven yang bersuhu 60oC
selama 24 jam
9)
Dilakukan pengkondisian briket arang
diruang konstan dengan suhu 25oC selama 10-14 hari
10)
Kemudian dilakukan penyimpanan beriket
arang pada suhu ruangan 25oC selama 10-14 hari
11)
Dilakukan pengujian terhadap briket arang
yaitu:
1.
Pengujian Kerapatan
2.
Pengujian Kadar Air
3.
Pengujian Keteguhan Tekan
4.
Pengujian Volatile Matter (Zat
Terbang)
5.
Pengujian Kadar Abu
6.
Pengujian Kadar Karbon Terikat
7.
Pengujian Nilai Kalor
Didapatkan hasil dari kegiatan pembuatan
briket arang memiliki berat 36,27 gr dengan volume 45,34 cm3 dan
kerapatan 0,8 gr/cm3 dari perbandingan antara bahan perekat dan air
10:1 dengan tekanan 30 Bar diketahui diameter dan tinggi beriket arang 3,8 cm
dan 4 cm.
Adapun perhitungan dan penimbangan bahan
baku adalah sebagai berikut:
Diketahui
:
Diameter
briket arang = 3,8 cm
Tinggi
briket arang = 4 cm
Kerapatan
briket arang yang diharapkan = 0,8 gr/cm3
Perhitungan
:
Volume briket arang = ¼ x Л x d2 x t
= ¼ x
3,14 x (3,8 cm)2 x 4 cm
= 45,34 cm3
Berat briket arang = Volume
x Kerapatan
=
45,34 cm3 x 0,8 gr/cm3
=
36,27 gr
Berat briket arang = Berat
serbuk + berat perekat
36,27 gr = Berat serbuk +
(Berat serbuk arang x 5%)
36,27 gr = (1 + 5%) x Berat
serbuk arang
36,27 gr = (1 + 0,05) x
Berat serbuk arang
36,27 gr = (1,05) x Berat
serbuk arang
Berat serbuk arang = Berat
briket : 1,05
=
36,27 gr : 1,05
=
34,54 gr
Berat perekat = 5% x Berat serbuk
arang
=
5% x 34,54 gr
=
1,727 gr
=
1,73
Perbandingan air dan bahan perekat
adalah 10:1
Air yang digunakan = 10 x
1,73 gr
=
17,3 gr
= 17,3 ml
Sebelum
dibentuknya briket arang bahan harus dihitung dan ditimbang untuk mendapatkan
komposisi yang tepat berdasarkan prosedur lembar kerja. Setelah didapatkan
komposisi bahan yang tepat maka dilakukan perlakuan pada masing-masing bahan
berdasarkan urutan prosedur lembar kerja.
Langkah pertama mencari berat briket
arang dengan menggunakan rumus (Berat briket arang = Volume x Kerapatan) dengan
mencari volume dan kerapatan terlebih dahulu. Dengan diketahui berat briket
arang maka bisa mendapatkan komposisi berat serbuk arang dan berat perekat yang
tepat dengan menurunkan rumus berat briket arang yaitu (Berat briket arang =
Berat serbuk + berat perekat). Kemudian mencari jumlah air yang dibutuhkan
untuk bahan perekat dengan menurunkan rumus perbandingan antara air berbanding
bahan perekat.
Setelah dilakukan perhitungan
komposisi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat briket arang maka, bahan
siap untuk diproses lebih lanjut. Hingga mendapatkan briket arang yang sesuai
dengan prosedur lembar kerja.
PENUTUP
Dari
hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)
Dalam menghitung volume briket arang
menggunakan rumus dari volume tabung, hal ini sesuai dengan bentuk cetakan yang
digunakan dalam menghasilkan produk briket arang
2)
Dalam melakukan praktikum ditentukan
dulu target kerapatan yang diinginkan, dalam praktikum ini target kerapatan
yang diinginkan adalah 0,8 gram/cm3
3)
Sebelum melakukan proses penimbangan,
dilakukan terlebih dahulu proses perhitungan dari masing-masing bahan (serbuk
arang kayu Mahang dengan massa 34,54 gram, tepung tapioka dengan massa 1,73
gram, dan air sebanyak 17,3 ml) yang akan digunakan dalam pembuatan briket
arang
Sebaiknya
dalam pembuatan briket arang, praktikan harus memperhatikan dengan teliti
tahapan-tahapan yang digunakan pada saat praktikum berlangsung dan sebaiknya
dalam pembuatan briket arang harus menggunakan peralatan yang sesuai standar
agar hasil briket arang yang didapatkan lebih akurat sesuai dengan yang
diinginkan.
Anonim.
2018. Briket Arang http://epirints.umm.ac.id/40550/3/jiptummpp-gdl-mdendysatr-47885-3babii.pdf. (PADA TANGGAL 26 MARET 2019)
Rindayatno.
2018. Arang, Briket Arang, Arang Aktif Asap Cair Diakses
(Pada Tanggal 26 Maret 2019)
LAMPIRAN
Berikut beberapa dokumentasi seluruh
kegiatan praktikum dilengkapi foto-foto kegiatan dan hasil briket arang yang
telah dibuat kelompok 5 hasil hutan non kayu pada hari/tanggal rabu, 20 Maret
2019, pukul 13.30-15.10 WITA di Laboratorium Industri Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Mulawarman Samarinda




Lampiran 1. Penimbangan bahan baku (1) bahan perekat, (2) air, (3)
serbuk arang, dan pencampuran semua bahan briket arang











